Hong Kong Jadi Tuan Rumah Gay Games 2022

Hong Kong resmi menjadi tuan rumah Gay Games 2022 setelah berhasil dua kota lainnya. Dikutip dari Reuters, Federation of Gay Games (FGG) memilih Hong Kong dibandingkan Guadalajara di Meksiko dan Washington D.C. dalam sebuah pemungutan suara di Paris pada Senin (30/10).

Hong Kong juga mengalahkan 15 kota lain.

Gay Games 2022 adalah acara turnamen olahraga dan budaya global terbesar untuk komunitas LGBT. Meski demikian, panitia penyelenggara mengatakan pesertanya tak harus gay. Hong Kong mengalahkan 15 kota lain di dunia untuk mendapatkan kesempatan itu.

Menurut para pendukung turnamen, terpilihnya Hong Kong menandai kemenangan komunitas LGBT di kota tersebut. "Ini adalah sebuah langkah besar untuk Hong Kong untuk memenangkan turnamen dunia... dan ini juga sebuah langkah besar untuk sebuah inklusi keberagaman," ujar Alfred Chan, petinggi Komisi Kesempatan Sejajar Hong Kong.

"Dampak dari Gay Games untuk tuan rumah sangat luar biasa dalam hal budaya, olahraga, dampak ekonomi, sejarah dan yang lebih penting mengangkat isu persamaan LGBT+," kata FGG. Turnamen tersebut diperkirakan akan menarik lebih dari 15.000 peserta dan menyumbangkan lebih dari Rp 1,7 triliun untuk meningkatkan perekonomian Hong Kong.

Baca juga: Di Inggris Sekalipun, Kekerasan Terhadap LGBT Terus Meningkat

Terpilihnya Hong Kong adalah kabar baik untuk pergerakan LGBT di Asia.

Bagi pendukung Gay Games, terpilihnya Hong Kong juga dipandang sebagai kemenangan pergerakan hak LGBT di Asia. Ini meningkatkan kepercayaan diri mereka usai Taiwan mendeklarasikan bahwa pernikahan sesama jenis legal di negara tersebut.

Hong Kong sendiri belum melegalkan pernikahan sesama jenis walau diskriminasi berdasarkan orientasi seksual adalah tindakan ilegal. "Oleh karena itu kita perlu berjuan," kata seorang warga Hong Kong yang jadi peserta Gay Games di Sydney 15 tahun lalu.

Sementara itu, Gay Games 2018 akan diadakan di Paris mulai 4 hingga 12 Agustus. Pada turnamen itu akan ada 36 cabang olahraga, 14 acara kebudayaan dan sebuah konferensi akademik. Menurut estimasi, akan ada 15.000 peserta dari 70 negara.

Baca juga: Unik! Masjid Ini Punya Imam Perempuan dan Terima LGBTQ